Kamis, 08 Maret 2012

mis komunikasi



Siang itu aku duduk bersama seorang teman baru, namanya ayu. Dia kekasih indra, teman pacarku. Kami terlihat sangat malu-malu untuk saling bertanya jawab. Apalagi Kulihat wajahnya pucat dan tangannya tidak mau diam membolak-balikkan handphone-nya. Aku fikir dia adalah pemalu seperti aku.
“emmmmb, kamu pacarnya indra?” tanyaku padanya, yang saat itu dia menunduk-menunduk saja.
“ohh, iya. Hhe,” jawabnya singkat dan aneh.
     Baru kali itu aku melihat seorang pemalu yang begitu tertutup dan aneh sepertinya. Aku semakin bingung bagaimana aku bisa mengobati suasana yang membosankan itu. Tidak ada perbincangan menarik sama sekali.
“ayu, kamu orangnya pemalu yah. Cerita dong sama aku, sejak kapan kamu jadi pemalu. Jujur aku juga sama kayak kamu pemalu, tapi aku ga … maaf ya ayu … aku gak keterlaluan seperti itu malunya.”
Aku mencoba mengajaknya ngobrol panjang lebar. Entah dia mengerti pertanyaanku atau tidak. Hhe, yang penting ada pembicaraan saja. Habisnya aku tidak tahan sekali melihat ayu yang terus saja “ngabeteum” alias diam saja. Itu sih bahasa orang sunda. Hhe.
“emmmb, ayu anak broken home… maaf yah ayu malah jadi curhat.”
     Saat itu angin tiba-tiba kencang, dan menggoyangkan dedaunan rindang disekeliling kami. Suasana begitu sangat dingin, tapi sejuk karena jarang kualami siang hari seperti ini.
“oh engga apa-apa. Curhat aja. Aku malah seneng jadi temen curhat..?” kataku.
“aku anak bungsu dari 2 bersaudara. Ayah, ibu dan abangku adalah orang yang sibuk mereka memiliki aktivitas yang padat. Pokonya superduper sibuk. Tapi tidak begitu sibuk dibandingkan ayah. Ayahku sakit-sakitan, dan semakin egois. Ibuku geram melihat sikap ayah yang sudi sakit berhari-hari dan tidak mau berobat. Saat itu juga ibuku mengatakan janji bercerai. Hanya aku yang mendengar kalimat jahat itu, sedang abangku masih kerja di batam saat itu. sejak itu aku semakin minder bersosialisasi. Terkadang aku malu. Memiliki keluarga yang tidak senormal keluarga lainnya. Hari-hariku membosankan, dan cukup dengan bermain di rumah tanpa teman. Hanya sendirian.”
ya ampun, terus kedua orang tuamu bercerai?” tanyaku penasaran.
“ya, mereka bercerai. Dan aku seperti orang gila yang begitu membenci orang tua. Dan terkadang aku suka menghina keduanya. Dan sekarang aku sudah tidak bertemu ayah dan ibu.”
“memangnya tidak ada komunikasi. Loh kok ayah sama ibumu udah ga bisa kamu lihat. Maksudnya?”
“ayahku sengaja ibu usir dari rumah. Tapi saat itu juga ibu meninggalkan aku saat aku sedang memmbutuhkannya. Ibu bilang, dia akan kerja bersama abang di batam. Meskipun ada alat komunikasi seperti handphone sekalipun, ayah dan ibu tiidak pernah mengabari. Aku sadar, bahwa mungkin bagi mereka uang adalah kebahagiaan. Bukan aku.” Jawabnya sambil menangis.
     Aku begitu ikut sakit melihatnya. Aku mencoba menghiburnya.
“ayu, kamu anak bungsu, jangan perlihatkan kesakitanmu. Jangan malu dengan keluargamu. Mereka itu adalah derajat dan tahta tertinggi untuk kebahagiaanmu kelak. Kamu juga jangan menuduh atau menghina orang tuamu. Bagaimana pun. Orang tua itu sayang sama kamu. Kalau udah besar nanti. Kamu pasti akan tahu apa maksud dari semua ini. Tawakal pada yang maha kuasa. Lagian kan sekarang udah ada indra. Mungkin indra udah melengkapi kasih sayang yang sempat hilang dari orang tua kamu. jangan nangis lagi ya.” Itu ucapku.
     Satu jam kemudian kami pulang. Jujur, dengan membawa luka simpati dan prihatin aku tidak bisa melihat ayu bersedih.
     Saat tiba dirumah, karena aku terbiasa membuka facebook di laptop milik tetehku. Ku buat sebuah catatan bahwa ternyata uang itu merubah kondisi cinta menjadi rumit. Ternyata berkomunikasi pun juga tak mampu meredupkan sebuah hal serumit masalah ayu.
“syg, bsk km krmh arf yah.” Begitulah sms dari arif pacarku. Alay juga sihh smsnya. Biasa lahh anak muda. Hhe.
“ok,” balasku singkat.
     Lanjut ke catatan yang kubuat. Mungkin aku adalah salah satu pecinta teknologi dan komunikasi. Dan selalu aku buat bagaikan jalur kesenangan. Dan sejak ada handphone, ipad, notebook dsb, aku jadi jarang lagi bantu ibuku membereskan rumah dan segala macam hal pekerjaan rumah. “Ternyata kalau terus-terusan terjebak dengan fasilitas berbau canggih, membuat  sebagian aktivitas pentingku terlupakan.”
“ehh si neng teh malah sms an. Pan ibu teh nyuruh kamu ke warung buat beli cabe rawit.” Kata ibu memarahiku di pintu kamar.
“hhe, maaf bu.” Aku langsung berlari menuju warung tentunya dengan membawa handphone tercinta. Kan sms an dengan sang pacar itu menyenangkan. Uups, ketahuan.
“teh, punten beli cabe rawitnya seribu aja.” Pintaku saat tiba diwarung.
“eeeeh, si teteh malah main hape terus. Sms an juga gitu. Ikut-ikutan saya wae si teteh teh,” ucapku dalam hati, sebab penjual warung itu ngotak-ngatik terus handphonenya.
“teeeeeehh, beli cabe rawit seribueunn.” Pintaku sekali lagi.
“oh, ya. Cabe rawitnya ini.” Katanya sambil memerikan cabe rawit padaku.
“heuuh dari tadi atuh nya.” Jawabku.
     Dari perjalanan ke rumah, aku berjalan sambil sms-an dengan arif. Aku juga sedikit tersenyum-senyum. Soalnya arif mengirimkan pesan gombal. Katanya dalam sms, “arf mah ga bkalan liat cwe lain. Arf rela kalo arf terus menunduk supaya arf ga liat2 cwe lain. Itu krna arf syaaaaaang bgt sm kamu nia. Arf pgn selalu liat kamu, bkn liat cwe lain,” hhe. Geer nya aku.
“eeh nia, kunaon senyum-senyum nyalira.?” Kata bu RT saat berpapasan denganku dijalan.
“hhe, hente bu,” kataku.
     Sesampainya dirumah, ibu terus-terusan mengomeliku. Sepertinya ibu kesal menunggu aku tak kunjung pulang ke rumah. Mungkin karena aku terlalu menghayati perjalanan dari warung ke rumah sambil sms an dengan arif.
“lama banget beli cabe rawit nya!” kata ibu sambil kusodorkan cabe rawit yang ku beli dari warung tadi.
“iihh, da banyak yang beli tadi di warungnya. Terus si teteh nya gera sms an terus ari ibu..,” jawabku sambil sedikit menebalkan bibir bawahku.
     Aku segera menghampiri laptop di kamar yang sempat ku tinggal ke warung tadi. Ku teruskan catatan dan kuselesaikan tepat 5 menit kemudian. Ternyata catatanku banyak di like oleh beberapa temanku di facebook. Jelas saja, aku juga mencantumkan cerita ayu pacarnya indra. Tapi tanpa ku ucapkan siapa pemilik cerita broken home itu(ayu). Yah tidak mungkin aku pasang ayu sebagai inti dari cerita itu dan catatanku. Hanya saja ayu sebagai inspirator ku hari ini. “Besok siapa lagi yah inspratorku?. Hhe.”.
Keesokan harinya
     Jam weker berbunyi, aku telat bangun. Juga telat berangkat sekolah. Gerbang sekolah sudah dikunci, terdengar beberapa kelas sudah membacakan surat-surat pendek sebelum pelajaran. Diluar hanya aku, dan sebelas mudrid lainnya yang tidak kukenal. Kami terlambat tiba ke sekolah.
     Dengan harus menunggu satu jam pelajaran, kami harus mengemis di depan gerbang sekolah. Tapi ku lihat 4 orang perempuan, mereka salah satu murid sekolahku juga justru kegirangan dibiarkan nunggu di depan gerbang. Salah satu diantara mereka justru telpon-telponan dengan pacarnya. Dan yang 3 orang lainnya sibuk mainin handphone nya. Mereka terlihat sombong dengan barang canggih yang mereka genggam.
“kamu kenapa telat nia?” Tanya bapak hendra bagian guru pengawas sekolah.
“iya pak, semalam saya terlalu banyak menulis dan sms an. Saya akui itu mengganggu jam istirahat saya pak.” Kataku jujur.
“ya sudah kamu masuk saja, yang lainnya biar bapa hukum.” Ujarnya.
“kamu kan baru pertama kalinya terlambat. Tapi lain kali jangan diulangi yah..,” kata pak hendra sambil membukakan pintu gerbang untukku. “hhe, selamat!” bisikku dalam hati.
     Pelajaran sudah berlangsung, tetapi guru dikelasku tidak hadir. “waah, sekali lagi aku selamat,” .
“kamu kenapa telat nia?”
“ehh iya,hhe .. tadi malem nia terlalu lama nulis terus terlalu lama sms an sama arif. Jadinya bangun telat.”
“aku suka catatan kamu kemarin.!” Kata sonya mendekati.
“oh ya?” ucapku.
“kamu benar, sekali pun ada alat canggih, suasana yang buruk sekali pun bisa semakin buruk. Contohnya aku dengan pacarku. Bayu pacarku selalu sms an dengan cwe lain. Dan itu membuat aku putus dengannya. Dan itu kenyataan bahwa komunikasi itu dan sejumlah barang-barang canggih dan pintar itu bisa membuat suudzan dan perasaan jahat dalam diri kita.” Kata sonya menjelaskan.
“yah betul, makanya manfaatkan alat-alat canggih dengan baik. Serupa gadget dan teknologi lainnya. Selain itu jagalah silaturahmi dengan ortu, keluarga dan pacar agar tidak semakin terjadi hal buruk yang sempat diduga sekalipun. Ok !” jawabku.
SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar