Siang itu
aku duduk bersama seorang teman baru, namanya ayu. Dia kekasih indra, teman
pacarku. Kami terlihat sangat malu-malu untuk saling bertanya jawab. Apalagi Kulihat
wajahnya pucat dan tangannya tidak mau diam membolak-balikkan handphone-nya.
Aku fikir dia adalah pemalu seperti aku.
“emmmmb,
kamu pacarnya indra?” tanyaku padanya, yang saat itu dia
menunduk-menunduk saja.
“ohh, iya.
Hhe,” jawabnya singkat dan aneh.
Baru
kali itu aku melihat seorang pemalu yang begitu tertutup dan aneh sepertinya.
Aku semakin bingung bagaimana aku bisa mengobati suasana yang membosankan itu.
Tidak ada perbincangan menarik sama sekali.
“ayu, kamu
orangnya pemalu yah. Cerita dong sama aku, sejak kapan kamu jadi pemalu. Jujur
aku juga sama kayak kamu pemalu, tapi aku ga … maaf ya ayu … aku gak
keterlaluan seperti itu malunya.”
Aku mencoba
mengajaknya ngobrol panjang lebar. Entah dia mengerti pertanyaanku atau tidak.
Hhe, yang penting ada pembicaraan saja. Habisnya aku tidak tahan sekali melihat
ayu yang terus saja “ngabeteum” alias
diam saja. Itu sih bahasa orang sunda. Hhe.
“emmmb, ayu
anak broken home… maaf yah ayu malah jadi curhat.”
Saat
itu angin tiba-tiba kencang, dan menggoyangkan dedaunan rindang disekeliling
kami. Suasana begitu sangat dingin, tapi sejuk karena jarang kualami siang hari
seperti ini.
“oh engga
apa-apa. Curhat aja. Aku malah seneng jadi temen curhat..?” kataku.
“aku anak
bungsu dari 2 bersaudara. Ayah, ibu dan abangku adalah orang yang sibuk mereka
memiliki aktivitas yang padat. Pokonya superduper sibuk. Tapi tidak begitu
sibuk dibandingkan ayah. Ayahku sakit-sakitan, dan semakin egois. Ibuku geram
melihat sikap ayah yang sudi sakit berhari-hari dan tidak mau berobat. Saat itu
juga ibuku mengatakan janji bercerai. Hanya aku yang mendengar kalimat jahat
itu, sedang abangku masih kerja di batam saat itu. sejak itu aku semakin minder
bersosialisasi. Terkadang aku malu. Memiliki keluarga yang tidak senormal
keluarga lainnya. Hari-hariku membosankan, dan cukup dengan bermain di rumah
tanpa teman. Hanya sendirian.”
“ya ampun, terus kedua orang tuamu bercerai?” tanyaku penasaran.
“ya, mereka
bercerai. Dan aku seperti orang gila yang begitu membenci orang tua. Dan
terkadang aku suka menghina keduanya. Dan sekarang aku sudah tidak bertemu ayah
dan ibu.”
“memangnya
tidak ada komunikasi. Loh kok ayah sama ibumu udah ga bisa kamu lihat.
Maksudnya?”
“ayahku
sengaja ibu usir dari rumah. Tapi saat itu juga ibu meninggalkan aku saat aku
sedang memmbutuhkannya. Ibu bilang, dia akan kerja bersama abang di batam.
Meskipun ada alat komunikasi seperti handphone sekalipun, ayah dan ibu tiidak
pernah mengabari. Aku sadar, bahwa mungkin bagi mereka uang adalah kebahagiaan.
Bukan aku.” Jawabnya sambil menangis.
Aku
begitu ikut sakit melihatnya. Aku mencoba menghiburnya.
“ayu, kamu
anak bungsu, jangan perlihatkan kesakitanmu. Jangan malu dengan keluargamu.
Mereka itu adalah derajat dan tahta tertinggi untuk kebahagiaanmu kelak. Kamu
juga jangan menuduh atau menghina orang tuamu. Bagaimana pun. Orang tua itu
sayang sama kamu. Kalau udah besar nanti. Kamu pasti akan tahu apa maksud dari
semua ini. Tawakal pada yang maha kuasa. Lagian kan sekarang udah ada indra.
Mungkin indra udah melengkapi kasih sayang yang sempat hilang dari orang tua kamu.
jangan nangis lagi ya.” Itu ucapku.
Satu
jam kemudian kami pulang. Jujur, dengan membawa luka simpati dan prihatin aku
tidak bisa melihat ayu bersedih.
Saat
tiba dirumah, karena aku terbiasa membuka facebook
di laptop milik tetehku. Ku buat sebuah catatan bahwa ternyata uang itu merubah
kondisi cinta menjadi rumit. Ternyata berkomunikasi pun juga tak mampu
meredupkan sebuah hal serumit masalah ayu.
“syg, bsk
km krmh arf yah.” Begitulah sms dari arif pacarku. Alay juga sihh
smsnya. Biasa lahh anak muda. Hhe.
“ok,” balasku
singkat.
Lanjut
ke catatan yang kubuat. Mungkin aku adalah salah satu pecinta teknologi dan
komunikasi. Dan selalu aku buat bagaikan jalur kesenangan. Dan sejak ada handphone, ipad, notebook dsb, aku
jadi jarang lagi bantu ibuku membereskan rumah dan segala macam hal pekerjaan
rumah. “Ternyata kalau terus-terusan
terjebak dengan fasilitas berbau canggih, membuat sebagian aktivitas pentingku terlupakan.”
“ehh si
neng teh malah sms an. Pan ibu teh nyuruh kamu ke warung buat beli cabe rawit.”
Kata
ibu memarahiku di pintu kamar.
“hhe, maaf
bu.” Aku langsung berlari menuju warung tentunya dengan membawa
handphone tercinta. Kan sms an dengan sang pacar itu menyenangkan. Uups, ketahuan.
“teh,
punten beli cabe rawitnya seribu aja.” Pintaku saat tiba diwarung.
“eeeeh, si
teteh malah main hape terus. Sms an juga gitu. Ikut-ikutan saya wae si teteh
teh,” ucapku dalam hati, sebab penjual warung itu ngotak-ngatik terus
handphonenya.
“teeeeeehh,
beli cabe rawit seribueunn.” Pintaku sekali lagi.
“oh, ya.
Cabe rawitnya ini.” Katanya sambil memerikan cabe rawit padaku.
“heuuh dari
tadi atuh nya.” Jawabku.
Dari
perjalanan ke rumah, aku berjalan sambil sms-an dengan arif. Aku juga sedikit tersenyum-senyum.
Soalnya arif mengirimkan pesan gombal. Katanya dalam sms, “arf mah ga bkalan liat cwe lain. Arf rela kalo arf terus menunduk
supaya arf ga liat2 cwe lain. Itu krna arf syaaaaaang bgt sm kamu nia. Arf pgn
selalu liat kamu, bkn liat cwe lain,” hhe. Geer nya aku.
“eeh nia,
kunaon senyum-senyum nyalira.?” Kata bu RT saat berpapasan denganku dijalan.
“hhe, hente
bu,” kataku.
Sesampainya dirumah, ibu
terus-terusan mengomeliku. Sepertinya ibu kesal menunggu aku tak kunjung pulang
ke rumah. Mungkin karena aku terlalu menghayati perjalanan dari warung ke rumah
sambil sms an dengan arif.
“lama
banget beli cabe rawit nya!” kata ibu sambil kusodorkan cabe
rawit yang ku beli dari warung tadi.
“iihh, da
banyak yang beli tadi di warungnya. Terus si teteh nya gera sms an terus ari
ibu..,” jawabku sambil sedikit menebalkan bibir bawahku.
Aku
segera menghampiri laptop di kamar yang sempat ku tinggal ke warung tadi. Ku
teruskan catatan dan kuselesaikan tepat 5 menit kemudian. Ternyata catatanku
banyak di like oleh beberapa temanku
di facebook. Jelas saja, aku juga
mencantumkan cerita ayu pacarnya indra. Tapi tanpa ku ucapkan siapa pemilik
cerita broken home itu(ayu). Yah
tidak mungkin aku pasang ayu sebagai inti dari cerita itu dan catatanku. Hanya
saja ayu sebagai inspirator ku hari ini. “Besok
siapa lagi yah inspratorku?. Hhe.”.
Keesokan
harinya
Jam
weker berbunyi, aku telat bangun. Juga telat berangkat sekolah. Gerbang sekolah
sudah dikunci, terdengar beberapa kelas sudah membacakan surat-surat pendek
sebelum pelajaran. Diluar hanya aku, dan sebelas mudrid lainnya yang tidak
kukenal. Kami terlambat tiba ke sekolah.
Dengan
harus menunggu satu jam pelajaran, kami harus mengemis di depan gerbang
sekolah. Tapi ku lihat 4 orang perempuan, mereka salah satu murid sekolahku
juga justru kegirangan dibiarkan nunggu di depan gerbang. Salah satu diantara
mereka justru telpon-telponan dengan pacarnya. Dan yang 3 orang lainnya sibuk
mainin handphone nya. Mereka terlihat sombong dengan barang canggih yang mereka
genggam.
“kamu
kenapa telat nia?” Tanya bapak hendra bagian guru pengawas sekolah.
“iya pak, semalam saya terlalu banyak menulis dan sms
an. Saya akui itu mengganggu jam istirahat saya pak.” Kataku jujur.
“ya sudah
kamu masuk saja, yang lainnya biar bapa hukum.” Ujarnya.
“kamu kan
baru pertama kalinya terlambat. Tapi lain kali jangan diulangi yah..,” kata pak
hendra sambil membukakan pintu gerbang untukku. “hhe, selamat!” bisikku dalam hati.
Pelajaran
sudah berlangsung, tetapi guru dikelasku tidak hadir. “waah, sekali lagi aku selamat,” .
“kamu
kenapa telat nia?”
“ehh
iya,hhe .. tadi malem nia terlalu lama nulis terus terlalu lama sms an sama
arif. Jadinya bangun telat.”
“aku suka
catatan kamu kemarin.!” Kata sonya mendekati.
“oh ya?” ucapku.
“kamu
benar, sekali pun ada alat
canggih, suasana yang buruk sekali pun bisa semakin buruk. Contohnya aku dengan
pacarku. Bayu pacarku selalu sms an dengan cwe lain. Dan itu membuat aku putus
dengannya. Dan itu kenyataan bahwa komunikasi itu dan sejumlah barang-barang
canggih dan pintar itu bisa membuat suudzan dan perasaan jahat dalam diri
kita.” Kata sonya menjelaskan.
“yah betul,
makanya manfaatkan alat-alat canggih dengan baik. Serupa gadget dan teknologi
lainnya. Selain itu jagalah silaturahmi dengan ortu, keluarga dan pacar agar
tidak semakin terjadi hal buruk yang sempat diduga sekalipun. Ok !” jawabku.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar