Kamis, 17 April 2014

Entahlah!

Kali ini aku sudah benar-benar tak sabar. Dulu saat aku terlelah dari aktifitas, kemudian melanjutkan rutinitas lainnya engkau hadir dengan satu pesan singkat ke handphoneku. Dan aku menerima pesanmu sambil tersenyum begitu tenang. Aku pun sudah tak perlu selalu ingin bertemu denganmu padahal memang rindu itu selalu ada. Aku cukup membalas pesanmu lalu mengririmkannya padamu lagi-lalu terus berulang begitu dengan pesan yang bervariasi.
Mengapa ya? saat aku kini telah lelah dalam dari aktifitasku lalu aku rehat kemudian aku kembali beranjak menuju kegiatan selanjutnya engkau sudah berbeda. Sudah tiada. Rasanya seperti badan ini lumpuh setengahnya. Setelah kebersamaan yang panjang, setelah canda tawa suka dan duka itu dilewati, kemudian sekarang menghilang begitu saja. Aku telah bertanya kepa semesta ini, ada apa? mengapa? bagaimana?, namun semua hanya menjawab dengan angin yang menggoyangkan dedaunan dan rasa dingin yang memeluk tubuhku.
Entahlah, apakah ini rindu atau hanya sekelebat pertanyaan yang tak berarti apa-apa. Dulu saat aku sudah sedikit tertidur diantara pembaringan di atas ranjang, dengan suara getar yang tidak terlalu keras aku bisa mendengar pesan masuk itu, ya! darimu. Selalu kamu berusaha membuat aku terbangun dan tertidur dalam memimpikan kamu. Memang terkadang aku terlalu lebih banyak memintamu untuk romantis, untuk selalu dapat membuatku tenang tanpa aku memeikirkan aapa akupun begitu padamu. Kalau saja sekarang alam ini kembali lagi menunggu kamu datangi aku, mungkin saja angin akan pelan menggoyangkan dedaunan dan udara akan berganti hangat memelukku.
Entahlah, setelah sekian kali aku memeanggilmu dalam hati, tak bisa lagi aku panggilmu langsung dari mulutku. Kata-kataku, ucapanku tak cukup membuatku puas luapkan kecewa karenamu. Entah ini kesalahan dari siapa, yang jelas ada rencana Allah yang tak pernah kutahu apa. Lantas, sampai kapan begini?. Karena perasaan indah itu tidak dapat langsung ku lantun dalam mulutku dalam lisanku, atau hingga kau mendengarkanku secara visual atau verbal atau macam-macam lainnya.
Kini aku lemah diantara malam-malam, di tiap pagi, pun di siang dan sore hari. Aku terlalu malu-malu, terlalu gengsi atau mungkin terlalu benci mengatakan cinta. Aku rindu engkau yang mengatakannya. Aku selalu begitu, belum berubah, entahlah!. Semoga dari timur hingga ke barat, saksi dari langit bisa menyampaikannya dari hatiku ke dalam ruang kecil dihatimu. Cukupkah dengan meminta maaf?. Entahlah!